Mimi: 33 Weeks and Counting

Waktu berlalu begitu cepat ya. Rasanya pengen nangis kalau ingat awal-awal kehamilan yang berat di sisi psikologis. Ternyata begitu kena swing mood, jauh lebih parah dari masa itu. Masih, sampai sekarang di periode 33 weeks masih sering menangis. Dengan penyebab yang lebih jelas, lebih kentara, dan lebih ada wujudnya.

Ada rasa cemas akan kehilangan yang begitu jelas. Ada ketakutan yang nyata bahwa suatu hari masa itu akan datang juga. Pertahanan dan proses mempertahankan yang begitu kuat, mungkin akan menyebabkan satu hubungan jadi jauh lebih rapuh. Pada satu waktu Mimi merasa lelah dan kadang ingin memilih menyerah. Dalam hati terdalam, Mimi tahu masih ada kebohongan.

33 Weeks dan Mimi kembali membaca tulisan DindaJou. Mantan jurnalis yang sangat-sangat diidolakan dari tulisannya. Banyak kisah dukanya yang terlewat karena absennya Dinda dari menulis yang cukup lama.

Satu cuplikan dari pengalaman Dinda yang berat menghadapi ditinggal anak dan terpaan badai ekonomi, hingga alami depresi dituliskan di sini:

Pada akhirnya dalam pernikahan yang paling bahagia sekalipun, kita harus tetap memberi ruang yang cukup untuk mencintai diri sendiri. Jika rasa cinta pada diri tidak cukup, manalah mungkin ia bisa dibagi. Aku juga belajar, keberhasilan sekecil apapun, harus tetap disyukuri. Mungkin kelihatan sepele, namun sesungguhnya itu sangat berarti. Sebab, perjalanan ini masih panjang, dan hidup harus dinikmati sehari demi sehari.
(IG @DindaJou).

Suatu saat Mimi akan tuliskan hal yang sama di manapun Mimi biasa menulis. Agar ada pengingat. Agar menjadi jangkar tidak mudah terlalu bahagia suatu saat nanti. Agar siapapun mengerti hal yang nggak bisa Mimi ceritakan secara langsung itu ada di sini.

Untuk keluarga dan teman-teman Mimi nanti, saat pilihan bertahan sudah usang. Saat harus bertindak dan meraih kembali harga diri ini.

Leave a comment

Start a Blog at WordPress.com.

Up ↑